Asal Mula Kampung Tolobali

Asal Mula Kampung Tolo Bali

Oleh : Alan Malingi

Masa kesultanan Bima telah berlangsung lebih dari tiga abad. Pada masa itu perkembangan Islam cukup pesat. Pendidikan Islam dan Alqur’an diberlakukan merata ke seluruh negeri yang dimulai dari pelataran Istana hingga ke pelosok  dusun dan desa. Lantunan Ayat-ayat suci Alqur’an terdengar dari sudut-sudut kampung, di surau dan masjid-masjid terutama ba’da magrib sambil menanti masuknya waktu shalat Isya.

Memasuki abad ke- 17 Dan  18 bisa dikatakan sebagai masa-masa keemasan peradaban Islam di Dana Mbojo. Guru-guru dan Ulama didatangkan dari Sulawesi dan Sumatra. Merekalah yang kemudian dikenal di Dana Mbojo sebagai orang-orang Melayu. Pada perkembangan selanjutnya, para guru dan ulama itu menikah dengan gadis-gadis Mbojo dan beranak keturunan di Bumi Maja Labo Dahu ini.

Sebagai ungkapan terima kasih Sultan Bima kepada para guru dan ulama itu, diberikanlah tanah sawah dan ladang untuk mereka garap yang berloasi di sebelah utara Istana Bima. Tanah-tanah tersebut sebenarnya cukup subur dan menjanjikan harapan. Namun para guru dan ulama itu menolak tanah sawah tersebut dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan dan bakat untuk bercocok tanam. Mereka lebih suka untuk berdagang, menjadi saudagar  dan  melaut  sambil berdakwah. Akhirnya mereka mengembalikan secara baik-baik sawah tersebut. Sultan Bima tidak tersinggung dengan pengembalian itu. Sultan menyadari dan memahami bahwa memang panggilan hidup mereka adalah sebagai pedagang dan mubalig.

Akhirnya sawah yang dikembalikan itu lama kelamaan menjadi perkampungan yang bernama TOLO BALI. Tolo berarti Sawah. Bali berarti dikembalikan. Jadi Tolo Bali itu adalah Sawah yang dikembalikan.

Sumber : Sarangge Mbojo